Berpikir dan Berperilaku Strategis
Oleh : Robiyanto
Dalam bukunya, Being
Strategic, Andersen (2010) mendefinisikan orang yang berpikir strategis
sebagai orang yang “secara konsisten mengambil pilihan yang akan membawanya
lebih dekat dengan target yang diharapkan”.
Berpikir
Strategis
Salah satu inti
dari pola pikir sistem adalah berpikir strategis. Menurut Peter Senge (1994),
berpikir secara strategis bermuara dari cerminan esensi yang terdapat dalam
suatu persoalan yang ditangani dan tantangan-tantangan utama yang dihadapi.
Berpikir strategis dimulai dengan keahlian mendasar
yang kita miliki dan menggunakannya dengan cara yang terbaik, sebagai contoh :
dengan memahami hukum maka kita dapat menentukan strategi yang terbaik untuk
membela klien dalam suatu kasus hukum.
Berpikir secara strategis dapat berupa
proses untuk memahami dua hal pokok yang saling terkait: yaitu fokus dan kesadaran
atas waktu (timing).
Fokus
lebih mengacu pada kemampuan kita dalam menempatkan perhatian kita. Kita
senantiasa dihadapkan pada berbagai macam persoalan hidup, yang datang silih
berganti dari waktu ke waktu. Tidak jarang kita menjadi begitu mudah bingung
karena aliran persoalan bisa jadi sangat hebat menerpa kita.
Kesadaran waktu
(timing) mengacu pada pemahaman akan
dinamika perubahan yang sangat erat kaitannya dengan panjang-pendeknya waktu
yang dibutuhkan untuk suatu perubahan.
Aplikasi dari
berpikir strategis dengan fokus dan kesadaran waktu adalah mengerjakan
pekerjaan yang memiliki dampak besar dan dibutuhkan segera. Contoh dari tidak
berpikir strategis adalah : seorang karyawan yang tidak memiliki sense of crisis dan skala prioritas
meskipun mengerti bahwa pekerjaan yang dilakukannya memiliki dampak besar bagi
perusahaan dan harus mampu memenuhi batas waktu yang ada. Namun meskipun dia
mengerti bahwa pekerjaannya berdampak besar, dia tetap santai-santai dan malah melakukan
pekerjaan lain yang tidak diberi batas waktu meskipun pekerjaan utamanya sudah
mendekati batas waktu yang ada.
Berperilaku
Strategis
Berperilaku strategis adalah berpikir jauh dan selalu melihat konsekuensi yang
ditimbulkan oleh suatu pengambilan keputusan.
Berikut ini adalah contoh kiasan dari
berperilaku strategis.
-
Tidak
membunuh semut dengan bom atom
o
Ketika membuat
janji, kita tidak boleh berjanji melebihi apa yang seharusnya. Jika dengan
berjanji kita berhasil mempengaruhi perilaku pihak lain, maka kita harus
menepatinya. Hal ini harus dilakukan dengan biaya seminimal mungkin.
o
Demikian juga
dengan ancaman, kita tidak boleh mengancam seseorang melebihi seharusnya.
o Mengapa ancaman berlebihan tidak disarankan?
§
Ancaman dapat
berbiaya mahal
§
Ancaman yang
berlebihan dapat tidak produktif
§
Ancaman yang
berhasil hanya berlaku jika tidak terdapat kesalahan
§
Ancaman akan
kehilangan kredibilitasnya jika terlampau besar
Contoh
aktual berperilaku strategis
Sudan adalah negara kecil yang terancam diserang oleh Lybia di masa
pemerintahan Gadaffi. Jika kedua negara ini
terisolir maka besar kemungkinannya Lybia menyerang Sudan. Namun karena berlaku
prinsip “Musuhnya musuhku adalah kawanku” maka jika Lybia menyerang Sudan, maka
Lybia akan menarik pasukannya menjauh dari perbatasan timur dengan Mesir.
Meskipun Mesir tidak akan menyerang Libya yang berkekuatan penuh, namun
jika Libya menjadi lemah setelah berperang dengan Sudan, hal ini akan memberi
peluang bagi Mesir untuk menghancurkan tetangganya yang suka berbuat onar
tersebut.
Libya memperkirakan bahwa Mesir akan menyerang mereka, jika Libya
menyerang Sudan. Berdasarkan hal ini maka Sudan dalam posisi aman.
Contoh
aktual tidak berperilaku strategis
Ada dua ekonom AS yang naik taxi di Indonesia, sang pengemudi taxi menyatakan bahwa dia cinta AS dan akan memberikan
tarif yang rendah kepada ekonom tersebut. Namun sang pengemudi menolak untuk
menghidupkan argonya
dan meminta tarif borongan. Seharusnya
ekonom ini menyadari niat sebenarnya dari pengemudi taxi ini, karena jika
memang berniat memberi tarif rendah seharusnya argo tetap dihidupkan kemudian
diberi diskon. Karena
keduanya ekonomi merupakan pakar negosiasi maka mereka berupaya mengaplikasikan
ilmu negosiasi mereka. Dalam kasus ini
seharusnya ekonom tidak perlu mengaplikasikan teori-teori
negosiasi dengan mempertimbangkan posisi tawar segala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar