Senin, 10 Februari 2014

Berpikir dan Berperilaku Strategis


Berpikir dan Berperilaku Strategis


Oleh : Robiyanto

Dalam bukunya, Being Strategic, Andersen (2010) mendefinisikan orang yang berpikir strategis sebagai orang yang “secara konsisten mengambil pilihan yang akan membawanya lebih dekat dengan target yang diharapkan”.

Berpikir Strategis
Salah satu inti dari pola pikir sistem adalah berpikir strategis. Menurut Peter Senge (1994), berpikir secara strategis bermuara dari cerminan esensi yang terdapat dalam suatu persoalan yang ditangani dan tantangan-tantangan utama yang dihadapi.
Berpikir strategis dimulai dengan keahlian mendasar yang kita miliki dan menggunakannya dengan cara yang terbaik, sebagai contoh : dengan memahami hukum maka kita dapat menentukan strategi yang terbaik untuk membela klien dalam suatu kasus hukum.
Berpikir secara strategis dapat berupa proses untuk memahami dua hal pokok yang saling terkait: yaitu fokus dan kesadaran atas waktu (timing).
Fokus lebih mengacu pada kemampuan kita dalam menempatkan perhatian kita. Kita senantiasa dihadapkan pada berbagai macam persoalan hidup, yang datang silih berganti dari waktu ke waktu. Tidak jarang kita menjadi begitu mudah bingung karena aliran persoalan bisa jadi sangat hebat menerpa kita.
Kesadaran waktu (timing) mengacu pada pemahaman akan dinamika perubahan yang sangat erat kaitannya dengan panjang-pendeknya waktu yang dibutuhkan untuk suatu perubahan.
Aplikasi dari berpikir strategis dengan fokus dan kesadaran waktu adalah mengerjakan pekerjaan yang memiliki dampak besar dan dibutuhkan segera. Contoh dari tidak berpikir strategis adalah : seorang karyawan yang tidak memiliki sense of crisis dan skala prioritas meskipun mengerti bahwa pekerjaan yang dilakukannya memiliki dampak besar bagi perusahaan dan harus mampu memenuhi batas waktu yang ada. Namun meskipun dia mengerti bahwa pekerjaannya berdampak besar, dia tetap santai-santai dan malah melakukan pekerjaan lain yang tidak diberi batas waktu meskipun pekerjaan utamanya sudah mendekati batas waktu yang ada.  

Berperilaku Strategis
Berperilaku strategis adalah berpikir jauh dan selalu melihat konsekuensi yang ditimbulkan oleh suatu pengambilan keputusan.

Berikut ini adalah contoh kiasan dari berperilaku strategis.
-        Tidak membunuh semut dengan bom atom
o   Ketika membuat janji, kita tidak boleh berjanji melebihi apa yang seharusnya. Jika dengan berjanji kita berhasil mempengaruhi perilaku pihak lain, maka kita harus menepatinya. Hal ini harus dilakukan dengan biaya seminimal mungkin.
o   Demikian juga dengan ancaman, kita tidak boleh mengancam seseorang melebihi seharusnya.
o   Mengapa ancaman berlebihan tidak disarankan?
§  Ancaman dapat berbiaya mahal
§  Ancaman yang berlebihan dapat tidak produktif
§  Ancaman  yang berhasil hanya berlaku jika tidak terdapat kesalahan
§  Ancaman akan kehilangan kredibilitasnya jika terlampau besar


Contoh aktual berperilaku strategis
Sudan adalah negara kecil yang terancam diserang oleh Lybia di masa pemerintahan Gadaffi. Jika kedua negara ini terisolir maka besar kemungkinannya Lybia menyerang Sudan. Namun karena berlaku prinsip “Musuhnya musuhku adalah kawanku” maka jika Lybia menyerang Sudan, maka Lybia akan menarik pasukannya menjauh dari perbatasan timur dengan Mesir.
Meskipun Mesir tidak akan menyerang Libya yang berkekuatan penuh, namun jika Libya menjadi lemah setelah berperang dengan Sudan, hal ini akan memberi peluang bagi Mesir untuk menghancurkan tetangganya yang suka berbuat onar tersebut.
Libya memperkirakan bahwa Mesir akan menyerang mereka, jika Libya menyerang Sudan. Berdasarkan hal ini maka Sudan dalam posisi aman.

Contoh aktual tidak berperilaku strategis
Ada dua ekonom AS yang naik taxi di Indonesia, sang pengemudi taxi menyatakan bahwa dia cinta AS dan akan memberikan tarif yang rendah kepada ekonom tersebut. Namun sang pengemudi menolak untuk menghidupkan argonya dan meminta tarif borongan. Seharusnya ekonom ini menyadari niat sebenarnya dari pengemudi taxi ini, karena jika memang berniat memberi tarif rendah seharusnya argo tetap dihidupkan kemudian diberi diskon. Karena keduanya ekonomi merupakan pakar negosiasi maka mereka berupaya mengaplikasikan ilmu negosiasi mereka. Dalam kasus ini seharusnya ekonom tidak perlu mengaplikasikan teori-teori negosiasi dengan mempertimbangkan posisi tawar segala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar